Minggu, 06 Januari 2013

SISTEM ORGANIK

 SISTEM ORGANIK

Pengganti pupuk kimia
Pada umumnya petani menggunakan pupuk kimia untuk membantu menyuburkan tanah. Mereka merasa penggunaan pupuk kimia lebih praktis dan tidak perlu membuatnya. Dengan jumlah pupuk kimia yang tidak terlalu banyak, mereka sudah dapat mendapatkan hasil dari tanaman yang cukup banyak. Hal itulah yang membuat mereka menjadi tergantung pada pupuk kimia.
Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia menyebabkan permintaan pupuk kma semakn meningkat. Hal ini membuat pengusaha pupuk kimia harus dapat menyediakan pupuk kimia untuk kegiatan produksi petani secara terus menerus. Namun, ini tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku yang ada. Inilah yang membuat pupuk kimia menjadi langka di pasaran.
Penyebab utama kelangkaan pupuk yang terjadi di Indonesia adalah tidak ada satupun industri di Indonesia cukup kuat pondasinya untuk mempertahankan kelangsungan produksinya. Semua Industri Indonesia khususnya yang berbasiskan bahan baku kimia itu di dapatkan dari import, artinya kandungan lokalnya (Bahan Baku Lokal) tidak lebih dari 20%-30% yang dihasilkan oleh Indonesia untuk suplai industri dalam negeri. Di Sisi yang lain, transaksi dalam Perdangangan Internasional alat tukarnya masih mengunakan Dollar AS. Sementara itu, nilai tukar dollar AS di dalam negeri sepanjang bulan desember 2008 berada pada kisaran 11000-11700/USD.
Penyebab lainnya yaitu Alur distribusi pupuk kimia di Indonesia yang terlalu panjang. Semakin panjang alur distribusi, semakin besar pula resiko pupuk tersebut tidak sampai pada petani. Alur distribusi pupuk yang saat ini berjalan di Indonesia terdiri dari : Lini I (pabrik), Lini II (UPP), Lini III (Gudang Produsen dan Distributor), Lini IV (Pengecer Resmi), Kelompok Tani/Petani.
Berbagai kebijakan telah digulirkan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan pupuk ini. Secara umum kebijakan itu mencakup soal produksi, distribusi dan pemberian subsidi. Namun kebijakan tersebut terkesan ambigu dan tidak jelas, karena ; Pertama, kelangkaan pupuk dipandang sebagai problem teknis semata, sehinga tidak berupaya memotret persoalan secara keseluruhan, seperti arus kuat untuk menyerahkan produksi dan distribusi pupuk nasional ke mekanisme pasar. Kedua, langkah-langkah pemerintah tersebut sama sekali tidak menjawab sebab-sebab utama kelangkaan pupuk.
Dampak kelangkaan pupuk kimia
Jelaslah sudah dengan kelangkaan pupuk ini maka semakin memberatkan ekonomi para petani, karena produksi semakin berkurang. Semakin berkungnya pupuk menyebabkan petani harus melakukan budidaya dengan pupuk seadanya, sehingga produksi tanaman yang didapat menjadi kurang optimal. Hasil dan kualitas panen yang menurun drastis bahkan resiko gagal panen menyebabkan pendapatan petani menurun dan harus menanggung semua biaya produksi.
Dampak kelangkaan pupuk tersebut akan semakin parah ketika petani tidak lagi mempunyai kemauan untuk menanam. Tidak adanya petani yang mau menanam berarti tidak ada bahan makanan yang bisa diolah dan dimakan, sehingga harus import. Impor mungkin saja dilakukan tetapi tentu harganya akan semakin mahal dan belum tentu aman dari segi kebersihan dan kualitas.. Keadaan tersebut jika berlarut-larut juga akan menggangu ketahanan pangan nasional.
Pertanian adalah sektor vital dalam pertumbuhan suatu negara, sehingga petani harus tetap menanam jika tidak ingin mengalami krisis pangan. Namun demikian petani juga harus difasilitasi dengan berbagai hal yang bisa mendukung terlaksananya pertanian di Indonesia.
Sistem semi organik sebagai solusi kelangkaan pupuk kimia
Pemerintah diharapkan tidak hanya konsentrasi pada penyediaan pupuk kimia saja, tetapi juga harus diimbangi dengan pencarian alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kelangkaan pupuk kimia dipasaran. Sebenarnya banyak alternatif yang dapat dterapkan, salah satunya adalah penerapan sistem semi organik. Sistem semi organik merupakan penggabungan sistem pertanian organik dengan pertanian non-organik. Penggabungan sistem ini diharapkan dapat menutupi kekurangan dari masing – masing sistem.
Dengan berbagai kekurangan tersebut, dalam menggunakan pupuk perlu adanya pertimbangan yang tepat. Dalam kegiatan pemupukan pertimbangan penting yang selalu perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil optimal adalah:
(1) Kelengkapan dan keberimbangan unsur hara (nutrisi) makro dan mikro yang tersedia;
(2) Tingkat penyerapan hara yang tinggi dan efisien;
(3) Kesehatan tanaman untuk memperoleh hasil panen yang tinggi;
(4) Dengan menggunakan pupuk diharapkan akan terjadi perubahan pada struktur fisik, kimia dan mikrobiologi tanah kearah yang lebih baik;
(5) Menciptakan kondisi ramah dan tidak merusak lingkungan;
(6) Secara ekonomis menguntungkan yaitu biaya pemupukan yang rendah, baik harga pupuk per satuan luas, biaya transportasi, maupun biaya tenaga kerja juga rendah; serta
(7) Mudah didapat pada saat dibutuhkan.
Kegiatan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia tidak mendukung pertimbangan kegiatan pemupukan tersebut. Pemupukan dengan pupuk kimia mempunya kekurangan, antara lain:
(1) Ketersediaan pupuk yang dibutuhkan dalam jumlah, jenis dan waktu kadang-kala tidak sesuai dengan kebutuhan;
(2) Kalaupun pupuk tersedia, harganya tidak cukup ekonomis untuk digunakan;
(3) Penggunaan pupuk dalam jumlah dan volume yang besar akan mengeluarkan biaya untuk harga pupuk, biaya transportasi dan tenaga kerja yang besar pula;
(4) Aplikasi pupuk kimia dalam volume yang besar pada umumnya tidak efisien karena tidak semua hara yang diperlukan terserap tanaman, sebagiannya menguap atau tercuci karena kondisi tanah yang kurang ideal (berpasir, keasaman tanah terlalu tinggi atau terlalu rendah, lahan gambut, lahan pasang surut, menipisnya kandungan bahan organik, dll);
(5) Terjadi penyerapan unsur hara yang agresif pada pertanaman monokultur, sehingga mengganggu keseimbangan unsur hara makro dan mikro;
(6) Penggunakan pupuk kimia secara terus menerus dalam waktu lama dan volume besar akan merusak struktur, tekstur dan mikrobiologi tanah serta kapasistas tukar kation.
Kekurangan pupuk kimia tersebut sebenarnya dapat ditutup dengan jalan menggunakan pupuk organik dalam budidaya pertanian. Pupuk organik mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya : Bahan-bahan untuk pembuatan pupuk organik ini mudah diperoleh, pembuatan pupuk organik secara umum tidak membutuhkan biaya yang mahal, dapat mengembalikan kesuburan tanah dalam jangka panjang, pembuatannya tidak sulit, petani tidak perlu melalui pelatihan-pelatihan yang mengajarkan teori-teori yang rumit, tidak mengandung zat kimia, pupuk organik juga ramah lingkungan. Yang paling penting dari pupuk organik adalah kandungan unsur haranya lengkap, sehingga kebutuhan unsur hara dapat tercukupi semua dengan satu macam pupuk.
Secara sederhana pupuk organik itu memberi makan pada tanah (feeding soil), sedangkan pupuk organik memberi makan pada tanaman. Padahal tanaman mengambil makan dari tanah dan oleh karena itu yang semestinya layak diberi makan adalah tanahnya bukan tanamannya.
Kelemahan dari pupuk organik adalah butuh waktu yang agak lama, karena pupuk organik butuh diolah terlebih dahulu. Pengolahan tersebut tujuannya agar unsur hara di dalam pupuk organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, kekurangan pupuk organik tidak menunjukan hasil secara cepat seperti pupuk kimia, karena pupuk organik bersifat slow release, artinya pupuk organik dimanfaatkan oleh tanaman sedikit demi sedikit.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan dari masing – masing sistem tersebut, maka sistem semi organik-penggabungan sistem organik dan anorganik- diharapkan bisa saling melengkapi dan nantinya akan dapat mengatasi kelangkaan pupuk kimia yang selama ini terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar